Membedakan Hijab, Jilbab, dan Khimar

Bagi umat Islam di Indonesia maupun belahan dunia lainnya, kata hijab, jilbab, dan khimar sudah dianggap sama atau sinonim, yaitu pakaian kerudung yang menutup kepala dengan aneka jenisnya. Hal ini sah-sah saja sebagai bagian dari evolusi bahasa, di mana arti baru bisa digunakan pada suatu kata yang sebelumnya memiliki arti berbeda.

Namun ketika merujuk pada Al-Qur’an, maka masing-masing kata ini sebenarnya memiliki artinya sendiri yang berbeda satu sama lain. Seperti apa sih perbedaannya? Mari kita simak bersama-sama.

1. Hijab

Kata ‘hijab’ dalam Al-Qur’an ditemukan dalam surat Al-Ahzab ayat 53, sebagai perintah khusus untuk istri-istri Nabi.

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi)  maka mintalah dari belakang tabir (hijab). Cara yang demikian itu lebih suci bagimu dan bagi mereka.” (QS. Al Ahzab : 53).

Secara bahasa, kata hijab berarti penghalang. Yang dimaksud dengan hijab pada ayat ini adalah tirai yang digunakan sebagai tabir/ pembatas di ruangan. Sehingga ketika istri-istri Nabi bertemu dan berbicara dengan pria lain di ruangan itu, mereka tidak bisa saling memandang. Bentuk hijab adalah seperti umumnya tirai pembatas yang kita kenal, kurang lebih seperti ini:

(Gambar dari: http://www.record-producer.com/)
(Gambar dari: http://www.record-producer.com/)

Definisi hijab ini bisa digunakan untuk menyebut semua jenis pembatas ruangan, termasuk tirai-tirai atau partisi di masjid yang banyak dipakai untuk memisahkan bagian pria dan wanita. Berdasarkan Al-Ahzab ayat 53, kewajiban hijab ini hanya berlaku bagi para pria yang hendak bertemu istri Nabi. Aturan ini tidak berlaku jika mereka bertemu dengan wanita selain istri Nabi. Jadi penggunaan hijab untuk memisahkan pria dan wanita (juga segregasi gender secara umum) sebenarnya tidak pernah diperintahkan untuk umat Islam secara keseluruhan, melainkan hanya untuk istri Nabi saja.

2. Jilbab

Kata ‘jilbab’ dalam Al-Qur’an ditemukan dalam surat Al-Ahzab ayat 59, sebagai perintah untuk membedakan antara wanita merdeka dan budak:

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Jilbab secara bahasa berarti penghimpun. Yang dimaksud jilbab adalah kain lebar yang menutup seluruh tubuh, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jilbab biasanya berupa jubah lebar yang dipakai sebagai rangkapan luar ketika seorang wanita keluar rumah. Bentuk jilbab seperti yang dimaksud dalam Al-Qur’an kurang lebih seperti ini:

(Gambar dari; http://forusa.org/)
(Gambar dari; http://forusa.org/)

Maka jilbab dalam pengertian ayat ini bukan lah pakaian utama yang langsung menempel di badan, melainkan kain rangkapan luar. Kain ini harus lah menutupi seluruh tubuh, bukan hanya kepala. Fungsi utama jilbab sebagaimana yang diterangkan Al-Ahzab ayat 59 adalah agar mudah dikenali sebagai wanita merdeka, sehingga tidak diganggu oleh pria jahat di Madinah pada masa itu.

Namun seiring perubahan zaman, pergeseran budaya, dan penghapusan perbudakan di seluruh dunia, sebab (illat) ayat ini menjadi hilang sehingga perintah jilbab ini tidak lagi relevan atau pun memenuhi tujuan praktisnya. Selengkapnya sudah dibahas pada artikel ini.

3. Khimar

Kata ‘khimar’ dalam Al-Qur’an ditemukan dalam surat An-Nur ayat 31, sebagai perintah untuk menutup dada:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan (menjaga) kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah mereka menutup dadanya dengan kain kerudung (khimar) mereka … ” (.QS An-Nur : 31)

Khimar secara bahasa berarti penutup. Kata khimar ini lah yang paling mendekati makna kerudung dalam Bahasa Indonesia atau tudung dalam Bahasa Malaysia, yaitu kain yang menutup kepala. Bentuknya pun bervariasi tergantung budaya dan pemahamannya. Kerudung tradisional India/ Pakistan misalnya lebih transparan dengan hiasan manik-manik.

(Gambar dari: www.pinterest.com)
(Gambar dari: http://www.pinterest.com)


Berdasarkan asbabun nuzulnya, ayat ini lebih berbicara soal etiket (sopan santun/ kepantasan) dalam berpakaian, bukan etika (moralitas). Berbeda dari etika yang sifatnya universal dan tetap (seperti larangan membunuh, mencuri, dll.), etiket lebih bersifat relatif, sehingga dapat berubah-ubah dalam waktu dan tempat yang berbeda. Sesuatu yang dianggap sopan di tempat tertentu dapat dianggap tidak sopan di tempat lain, begitu juga sesuatu yang dianggap sopan 100 tahun lalu dapat dianggap tidak sopan hari ini. Pendekatan multikulturalisme sangat diperlukan dalam memahami perbedaan standar etiket ini.

***

Jadi sudah mengerti kan bedanya hijab, jilbab, dan khimar? Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka kerudung perempuan Indonesia sebenarnya lebih tepat disebut khimar. Namun karena perkembangan bahasa, kata jilbab dan hijab kemudian juga dipakai untuk menyebut khimar ini, hingga akhirnya dianggap sama. Hal ini sah-sah saja. Tidak masalah jika sekarang kita mengartikan hijab dan jilbab sebagai kerudung. Tapi jangan bingung lagi ya membedakannya dengan hijab dan jilbab yang dimaksud Al-Qur’an, karena keduanya berbeda dari kerudung.

Sumber : https://islamreformis.wordpress.com/2015/06/25/membedakan-hijab-jilbab-dan-khimar/

Komentar

Postingan Populer